kalo ada diantara kalian yang lagi kebagian tugas nulis sinopsis novel,
dan kebetulan novelnya itu 7 Hari Menembus Waktu,
sachi bisa kasih bantuan dengan mempostingkan tugas sastra sachi kesini :)
sachi anak baik kan ;;)
nah, silahkan~
*
6 Juli 2008, Marissa gadis 18 tahun ini terlihat kesal. Hari ini papi dan maminya mengajaknya ke pesta ulang tahun perusahaan papinya yang ke-20. Namun Marissa tidak berniat menghadirinya karena disana ia akan menemui Michael mantan pacarnya dan Selina yang sudah merebut mantan pacarnya itu. Benar saja, ia bertemu Michael dan Selina yang terlihat mesra disana. Mami yang melihat Marissa kesal begitu menasehatinya bahwa ia harus tegar meski diputuskan oleh Michael, namun tetap saja Marissa tidak bisa menahan rasa sakit hatinya. Langsung saja, Marissa meminta izin ke toilet atas dan menangis disana. Ia tak bisa menahan rasa sakit hati nya. Ia membenci Selina juga Michael dan sedih karena Papi dan Maminya malah menyuruhnya untuk mengiklashkan Michael, hal yang tidak yakin Marissa bisa lakukan.
Setelah tangisnya mereda Marissa keluar dari toilet dan kembali ke dalam Hall untuk mengikuti acara selanjutnya. Disana matanya tertuju pada sebuah lukisan yang lain dari yang lain yaitu lukisan berukuran satu kali satu meter persegi yang hanya melukisakan lingkaran merah dengan berlatar belakang warna hitam pekat dan berjudul Menembus Waktu yang berketerangan dipercaya bisa mengabulkan sebual permohonan. Keadaan hati yang kacau memaksanya menumpahkan perasaan bencinya terhadap Selina, Michael, Papi dan juga Maminya serta gedung perusahaan papinya yang membuat Marissa harus bertemu Michael dan Selina serta orang-orang yang ada di gedung tersebut. Ia ingin dirinya menghilang dari tempatnya kini dan sampai akal sehatnya merasuki pikirannya, Ia tersadar ia melakukan hal bodoh berbicara dengan lukisan dan sadar untuk menemui Maminya di lantai bawah. Namun tiba-tiba gedung tersebut bergetar hebat sehingga membuat Marissa terjatuh dan tak sadarkan diri.
Ia tersadar kembali dan berusaha untuk melihat keseluruh penjuru gedung, namun semuanya gelap gulita dan sepi. Saat ia berfikir karena pesta telah usai dan berniat pulang, ia melihat papan putih besar di depan gedung bahwa Gedung Albatross akan dibuka tanggal 6 Juli 1998. Spontan Marissa merasa aneh. Tentu saja karena baru 20 menit yang lalu ia pergi ke gedung ini untuk perayaan yang ke-20 tahunnya namun yang ia lihat, gedung inipun belum dibuka. Ia merasa pikirannya benar-benar kacau dan berniat pulang ke rumah. Sepanjang jalan, ia melihat mobil dan motor yang tidak seperti biasanya. Di jalan rumahnya, ia melihat banyak anak-anak yang bermain sore itu padahal ia ingat kalau disepanjang jalan rumahnya tak ada anak-anak kecil yang tinggal. Setiba dirumah, ia merasakan perbedaan dan merasa itu bukan rumahnya. Marissa berjalan pergi sampai melihat seorang anak kecil yang berdiri ditengah jalan dan ada sebuah mobil berkecepatan tinggi yang akan menabraknya. Spontan Marissa menyelamatkan anak itu dan terjatuh di pinggir jalan. Marissa menanyai keadaan anak itu, namun anak itu malah langsung pergi tanpa mengucapkan terimakasih sedikitpun. Merasa kesal, Marissa membentak anak itu namun tatapan sedingin es yang muncul saat anak itu membalikkan badannya dan membuat Marissa bergidik. Tiba-tiba ia ingat rumah dan orang tuanya menghilang. Ia menarik bentakannya dan memohon kepada anak itu untuk membiarkannya tinggal di rumahnya beberapa hari sebagai tanda terimakasih, namun ditolak oleh anak itu. Marissa yang marah pergi meninggalkan anak itu dan berteriak kalau ia merasa orang yang paling sial karena telah kehilangan segalanya dan ia tak tahu ada dimana juga tak punya uang. Anak yang ditolong Marissa merasa iba dan membolehkan Marissa tinggal di rumahnya dengan syarat tidak membuatnya kesal seraya memperkenalkan namanya, William dan berumur 8 tahun, yang sangat cerdas jika dibandingkan dengan anak seumurnya.
Keesokan paginya marissa terbangun dia kira dia sudah kembali ke tahunnya tetapi dia dikejutkan oleh kenyataan bahwa dirinya bukan di kamarnya, melainkan di kamar yang disediakan William untuknya dan tanggal menunjukkan tanggal 30 juni 1988. Marissa mengatakan bagaimana ia terlempar ke 20 tahun sebelum masanya, bahkan saat ia belum lahir dan mengatakan bahwa lukisan di Gedung Albatross lah yang membuatnya begini. Namun William tidak mempercayainya.
Hari demi hari ia lewati bersama William. Anak ini memang benar-benar tidak bisa diajak bercanda sedikit-sedikit marah, tetapi lama kelamaan William pun luluh dengan kehadiaran Marissa. Setiap hari mereka pergi bersama. Setiap pagi Marissa mengantar William pergi ke tempat les. Lalu ia pergi ke kampus ayah dan ibunya untuk mengecek keadaan mereka. Selesainya william les privat mereka jalan berdua makan dipinggir jalan, atau pun hanya sekedar berjalan mengelilingi kompleks Hari-hari itu juga ia gunakan untuk merajut hubungan mami dan papinya yang belum berpacaran hingga saling mencintai.
6 Juli 1988, Gedung Albatross dibuka. Marissa berniat untuk kembali ke gedung itu untuk melihat lukisan yang membawanya ke tahun ini. Ia menemui ayahnya yang masih muda dan memeluknya untuk terakhir kalinya ia ada dimasa itu. Diana yang melihat hal itu menjadi marah karena menyangka kalau Ferry selingkuh, padahal Marissa adalah anak mereka di masa depan. Diana yang salah paham pergi meninggalkan Marissa dan Ferry mengejar Diana. Marissa sedih, hari kepulangannya harus diwarnai kesalahpahaman orangtuanya. Ini akan membuat keduanya putus tak saling kontak dan berarti mereka tidak menikah serta Marissa tak akan lahir ke dunia. Marissa yang tengah menceritakan semua itu ke William tiba-tiba merasa kedinginan dan lemas hingga tak kuat berdiri dan harus pingsan saat William membawanya ke tempat tidur. William yang khawatir akan itu memegang kening serta tangan Marissa yang semakin dingin, padahal udara di ruangan sangat panas.
William berfikir sejenak. Kalau hubungan ayah ibunya hancur dan putus tengah jalan. Itu artinya mereka tidak akan menikah, dan marissa tidak akan hidup! Seketika itu juga william berlari mengabil sepedanya dan mencari rumah ferry. Setelah sampai disana dia langsung mengatakan semuanya tentang Marissa dan seluruh perasaan Ferry yang begitu menyukai Diana. William menyuruh Ferry menemui Diana dengan paksa dan mengatakan segenap perasaannya kepadanya. Ferry yang menyadari hal itu langsung pergi ke rumah Diana dan berteriak agar Diana mau menemuinya. Ayah Diana yang mendengar seseorang berteriak di depan rumahnya menyuruh Diana keluar dan menemuinya. Ayahnya menasehati Diana bahwa Ferry bukanlah seorang yang mempermainkan perasaannya. Beliau mengatakan bahwa ia hanya salah paham dan Diana menuruti perkataan ayahnya.
Diana turun dan meminta Ferry menjelaskan kejadian itu. Ferry menceritakan kesalahpahamannya sekaligus mengungkapkan perasaannya untuk kedua kalinya dan kali ini lebih terlihat jujur, serta bertatapan mata tulus. Diana yang mengetahui hal tersebut memaafkan Ferry dan menerima perasaannya. Ini membuat keduanya kembali saling mencintai dan menghapus kesalahpahaman yang ada.
William segera pulang setelah menyuruh Ferry menemui Diana dan segera ke kamar tidur untuk melihat keadaan Marissa. Marissa yang baru saja membuka matanya merasa ia telah lolos dari kejaran waktu yang memaksanya untuk menghilang dari dunia. Ini membuat William sangat senang dan Marissa mengajaknya ke pantai sebagai tanda terimakasih karena sudah merawatnya saat sakit sekaligus salam perpisahannya.
Siang itu William dan Marissa benar-benar menghabiskan waktu berdua di pantai. Mereka membuat istana pasir, mereka membuat tatto yg sama mereka berlarian di pasir dengan kaki telanjang. Mereka benar-benar menikmati waktu waktu terakhir itu dan saat hari mulai sore, William mengantar Marissa ke Gedung Albatross yang berjanji akan pulang hari ini.
Sesampainya disana Marissa melihat wajah William yang tadinya bersemangat menjadi lesu sedih. Marissa berkata “Terimakasih William atas segalanya, aku akan merindukanmu, dan semua nya. Semoga kita bisa bertemu di masa depan William”. William hanya mengangguk sedih dan berterimakasih kembali karena sudah mengajarinya hal-hal baru yang membuatnya menikmati masa anak-anaknya walau orangtuanya sudah tiada.
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Marissa menepuk halus kepala William dan berbalik pergi memasuki Gedung Albatross. Segera ia menuju ke lantai 3 tempat lukisan itu berada dan benar saja, lukisa itu telah terpasang. Segera, Marissa mengucapkan permohonannya untuk kembali ke masanya dan gedung yang bergetar kembali mengiring Marissa pulang ke 6 Juli 2008 masanya.
William yang melihat Marissa tak keluar gedung berfikir bahwa Marissa benar-benar pulang ke masanya dan ia pun berjalan lesu menuju rumah. Di depan rumahnya, Tante Sarah yang selama ini jarang menjaga William mengunggunya. Tante Sarah meminta maaf atas perbuatannya yang selalu mabuk-mabukan hingga tak pernah merawat William yang kesepian ditinggal mati orangtuanya. Tante Sarah berjanji untuk mengubah sifatnya menjadi lebih baik dan mengulang semua hal dari awal. William yang dulu tidak mempercayainya kini luluh dan mulai menganggap keberadaannya. Kehidupan William pun lebih menyenangkan karena ada Tante Sarah yang sudah disadarkan oleh Marissa.
Marissa membuka mata dang langsung menyadari bahwa ia telah kembali ke masanya. Ia sangat senang dan langsung memeluk kedua orang tuanya dengan erat saking rindunya. Mami dan papinya saling berhadapan dan bingung karena baru 10 menit ke toilet, sifatnya berubah.
Tak lama kemudian, saat Marissa berjalan keluar hall ia melihat Michael sedang menungunya dan meminta maaf akan perbuatannya. Marissa memaafkannya namun tidak menerima perasaannya lagi. Ia lupa akan sakit hati yang disebabkan Michael dan Selina karena telah terhapus oleh kehidupan berharga di rumah William selama 7 hari.
Ia meninggalkan William dan pergi ke ruang makan untuk menyantap makanan yang ada. Ia terkenal sangat banyak makan sehingga 3 porsi makanan habis dimakannya. Tiba-tiba seseorang mengatai kalau ia banyak makan, ia akan sakit perut. Marissa yang tak terima dikatai begitu merasa pernah mendengar perkataan ini sebelumnya. Saat ia membalikkan tubuhnya, ia melihat seorang pria tampan, tinggi dan familier baginya. Pria itu memeluknya dan mengungkapkan bahwa ia merindukan masa-masa 20 tahun itu. Seketika Marissa teringat dan mengetahui bahwa Williamlah yang tengah memeluknya ini. Kini ia 10 tahun lebih tua darinya. Berbeda saat Marissa tinggal dirumahnya kalau ialah yang 10 tahun lebih tua dari William. Setelah pelukan itu, keduanya melepas rindu dan William memberikan kelereng biru yang dulu diincar Marissa kepadanya. Marissa sangat senang dan tiba-tiba papi dan maminya datang. Mereka mengatakan bahwa William adalah klien papinya dan menyuruhnya berkenalan. William yang melihat Marissa yang terlihat bingung karena baru saja dipeluknya memberitahu papi dan mami Marissa bahwa mereka telah saling kenal. Ya, sudah saling kenal sejak 20 tahun lalu. Papi dan mami Marissa kaget dan bingung sementara Marissa dan William berpandangan tengan tatapan penuh arti.
Setelah tangisnya mereda Marissa keluar dari toilet dan kembali ke dalam Hall untuk mengikuti acara selanjutnya. Disana matanya tertuju pada sebuah lukisan yang lain dari yang lain yaitu lukisan berukuran satu kali satu meter persegi yang hanya melukisakan lingkaran merah dengan berlatar belakang warna hitam pekat dan berjudul Menembus Waktu yang berketerangan dipercaya bisa mengabulkan sebual permohonan. Keadaan hati yang kacau memaksanya menumpahkan perasaan bencinya terhadap Selina, Michael, Papi dan juga Maminya serta gedung perusahaan papinya yang membuat Marissa harus bertemu Michael dan Selina serta orang-orang yang ada di gedung tersebut. Ia ingin dirinya menghilang dari tempatnya kini dan sampai akal sehatnya merasuki pikirannya, Ia tersadar ia melakukan hal bodoh berbicara dengan lukisan dan sadar untuk menemui Maminya di lantai bawah. Namun tiba-tiba gedung tersebut bergetar hebat sehingga membuat Marissa terjatuh dan tak sadarkan diri.
Ia tersadar kembali dan berusaha untuk melihat keseluruh penjuru gedung, namun semuanya gelap gulita dan sepi. Saat ia berfikir karena pesta telah usai dan berniat pulang, ia melihat papan putih besar di depan gedung bahwa Gedung Albatross akan dibuka tanggal 6 Juli 1998. Spontan Marissa merasa aneh. Tentu saja karena baru 20 menit yang lalu ia pergi ke gedung ini untuk perayaan yang ke-20 tahunnya namun yang ia lihat, gedung inipun belum dibuka. Ia merasa pikirannya benar-benar kacau dan berniat pulang ke rumah. Sepanjang jalan, ia melihat mobil dan motor yang tidak seperti biasanya. Di jalan rumahnya, ia melihat banyak anak-anak yang bermain sore itu padahal ia ingat kalau disepanjang jalan rumahnya tak ada anak-anak kecil yang tinggal. Setiba dirumah, ia merasakan perbedaan dan merasa itu bukan rumahnya. Marissa berjalan pergi sampai melihat seorang anak kecil yang berdiri ditengah jalan dan ada sebuah mobil berkecepatan tinggi yang akan menabraknya. Spontan Marissa menyelamatkan anak itu dan terjatuh di pinggir jalan. Marissa menanyai keadaan anak itu, namun anak itu malah langsung pergi tanpa mengucapkan terimakasih sedikitpun. Merasa kesal, Marissa membentak anak itu namun tatapan sedingin es yang muncul saat anak itu membalikkan badannya dan membuat Marissa bergidik. Tiba-tiba ia ingat rumah dan orang tuanya menghilang. Ia menarik bentakannya dan memohon kepada anak itu untuk membiarkannya tinggal di rumahnya beberapa hari sebagai tanda terimakasih, namun ditolak oleh anak itu. Marissa yang marah pergi meninggalkan anak itu dan berteriak kalau ia merasa orang yang paling sial karena telah kehilangan segalanya dan ia tak tahu ada dimana juga tak punya uang. Anak yang ditolong Marissa merasa iba dan membolehkan Marissa tinggal di rumahnya dengan syarat tidak membuatnya kesal seraya memperkenalkan namanya, William dan berumur 8 tahun, yang sangat cerdas jika dibandingkan dengan anak seumurnya.
Keesokan paginya marissa terbangun dia kira dia sudah kembali ke tahunnya tetapi dia dikejutkan oleh kenyataan bahwa dirinya bukan di kamarnya, melainkan di kamar yang disediakan William untuknya dan tanggal menunjukkan tanggal 30 juni 1988. Marissa mengatakan bagaimana ia terlempar ke 20 tahun sebelum masanya, bahkan saat ia belum lahir dan mengatakan bahwa lukisan di Gedung Albatross lah yang membuatnya begini. Namun William tidak mempercayainya.
Hari demi hari ia lewati bersama William. Anak ini memang benar-benar tidak bisa diajak bercanda sedikit-sedikit marah, tetapi lama kelamaan William pun luluh dengan kehadiaran Marissa. Setiap hari mereka pergi bersama. Setiap pagi Marissa mengantar William pergi ke tempat les. Lalu ia pergi ke kampus ayah dan ibunya untuk mengecek keadaan mereka. Selesainya william les privat mereka jalan berdua makan dipinggir jalan, atau pun hanya sekedar berjalan mengelilingi kompleks Hari-hari itu juga ia gunakan untuk merajut hubungan mami dan papinya yang belum berpacaran hingga saling mencintai.
6 Juli 1988, Gedung Albatross dibuka. Marissa berniat untuk kembali ke gedung itu untuk melihat lukisan yang membawanya ke tahun ini. Ia menemui ayahnya yang masih muda dan memeluknya untuk terakhir kalinya ia ada dimasa itu. Diana yang melihat hal itu menjadi marah karena menyangka kalau Ferry selingkuh, padahal Marissa adalah anak mereka di masa depan. Diana yang salah paham pergi meninggalkan Marissa dan Ferry mengejar Diana. Marissa sedih, hari kepulangannya harus diwarnai kesalahpahaman orangtuanya. Ini akan membuat keduanya putus tak saling kontak dan berarti mereka tidak menikah serta Marissa tak akan lahir ke dunia. Marissa yang tengah menceritakan semua itu ke William tiba-tiba merasa kedinginan dan lemas hingga tak kuat berdiri dan harus pingsan saat William membawanya ke tempat tidur. William yang khawatir akan itu memegang kening serta tangan Marissa yang semakin dingin, padahal udara di ruangan sangat panas.
William berfikir sejenak. Kalau hubungan ayah ibunya hancur dan putus tengah jalan. Itu artinya mereka tidak akan menikah, dan marissa tidak akan hidup! Seketika itu juga william berlari mengabil sepedanya dan mencari rumah ferry. Setelah sampai disana dia langsung mengatakan semuanya tentang Marissa dan seluruh perasaan Ferry yang begitu menyukai Diana. William menyuruh Ferry menemui Diana dengan paksa dan mengatakan segenap perasaannya kepadanya. Ferry yang menyadari hal itu langsung pergi ke rumah Diana dan berteriak agar Diana mau menemuinya. Ayah Diana yang mendengar seseorang berteriak di depan rumahnya menyuruh Diana keluar dan menemuinya. Ayahnya menasehati Diana bahwa Ferry bukanlah seorang yang mempermainkan perasaannya. Beliau mengatakan bahwa ia hanya salah paham dan Diana menuruti perkataan ayahnya.
Diana turun dan meminta Ferry menjelaskan kejadian itu. Ferry menceritakan kesalahpahamannya sekaligus mengungkapkan perasaannya untuk kedua kalinya dan kali ini lebih terlihat jujur, serta bertatapan mata tulus. Diana yang mengetahui hal tersebut memaafkan Ferry dan menerima perasaannya. Ini membuat keduanya kembali saling mencintai dan menghapus kesalahpahaman yang ada.
William segera pulang setelah menyuruh Ferry menemui Diana dan segera ke kamar tidur untuk melihat keadaan Marissa. Marissa yang baru saja membuka matanya merasa ia telah lolos dari kejaran waktu yang memaksanya untuk menghilang dari dunia. Ini membuat William sangat senang dan Marissa mengajaknya ke pantai sebagai tanda terimakasih karena sudah merawatnya saat sakit sekaligus salam perpisahannya.
Siang itu William dan Marissa benar-benar menghabiskan waktu berdua di pantai. Mereka membuat istana pasir, mereka membuat tatto yg sama mereka berlarian di pasir dengan kaki telanjang. Mereka benar-benar menikmati waktu waktu terakhir itu dan saat hari mulai sore, William mengantar Marissa ke Gedung Albatross yang berjanji akan pulang hari ini.
Sesampainya disana Marissa melihat wajah William yang tadinya bersemangat menjadi lesu sedih. Marissa berkata “Terimakasih William atas segalanya, aku akan merindukanmu, dan semua nya. Semoga kita bisa bertemu di masa depan William”. William hanya mengangguk sedih dan berterimakasih kembali karena sudah mengajarinya hal-hal baru yang membuatnya menikmati masa anak-anaknya walau orangtuanya sudah tiada.
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Marissa menepuk halus kepala William dan berbalik pergi memasuki Gedung Albatross. Segera ia menuju ke lantai 3 tempat lukisan itu berada dan benar saja, lukisa itu telah terpasang. Segera, Marissa mengucapkan permohonannya untuk kembali ke masanya dan gedung yang bergetar kembali mengiring Marissa pulang ke 6 Juli 2008 masanya.
William yang melihat Marissa tak keluar gedung berfikir bahwa Marissa benar-benar pulang ke masanya dan ia pun berjalan lesu menuju rumah. Di depan rumahnya, Tante Sarah yang selama ini jarang menjaga William mengunggunya. Tante Sarah meminta maaf atas perbuatannya yang selalu mabuk-mabukan hingga tak pernah merawat William yang kesepian ditinggal mati orangtuanya. Tante Sarah berjanji untuk mengubah sifatnya menjadi lebih baik dan mengulang semua hal dari awal. William yang dulu tidak mempercayainya kini luluh dan mulai menganggap keberadaannya. Kehidupan William pun lebih menyenangkan karena ada Tante Sarah yang sudah disadarkan oleh Marissa.
Marissa membuka mata dang langsung menyadari bahwa ia telah kembali ke masanya. Ia sangat senang dan langsung memeluk kedua orang tuanya dengan erat saking rindunya. Mami dan papinya saling berhadapan dan bingung karena baru 10 menit ke toilet, sifatnya berubah.
Tak lama kemudian, saat Marissa berjalan keluar hall ia melihat Michael sedang menungunya dan meminta maaf akan perbuatannya. Marissa memaafkannya namun tidak menerima perasaannya lagi. Ia lupa akan sakit hati yang disebabkan Michael dan Selina karena telah terhapus oleh kehidupan berharga di rumah William selama 7 hari.
Ia meninggalkan William dan pergi ke ruang makan untuk menyantap makanan yang ada. Ia terkenal sangat banyak makan sehingga 3 porsi makanan habis dimakannya. Tiba-tiba seseorang mengatai kalau ia banyak makan, ia akan sakit perut. Marissa yang tak terima dikatai begitu merasa pernah mendengar perkataan ini sebelumnya. Saat ia membalikkan tubuhnya, ia melihat seorang pria tampan, tinggi dan familier baginya. Pria itu memeluknya dan mengungkapkan bahwa ia merindukan masa-masa 20 tahun itu. Seketika Marissa teringat dan mengetahui bahwa Williamlah yang tengah memeluknya ini. Kini ia 10 tahun lebih tua darinya. Berbeda saat Marissa tinggal dirumahnya kalau ialah yang 10 tahun lebih tua dari William. Setelah pelukan itu, keduanya melepas rindu dan William memberikan kelereng biru yang dulu diincar Marissa kepadanya. Marissa sangat senang dan tiba-tiba papi dan maminya datang. Mereka mengatakan bahwa William adalah klien papinya dan menyuruhnya berkenalan. William yang melihat Marissa yang terlihat bingung karena baru saja dipeluknya memberitahu papi dan mami Marissa bahwa mereka telah saling kenal. Ya, sudah saling kenal sejak 20 tahun lalu. Papi dan mami Marissa kaget dan bingung sementara Marissa dan William berpandangan tengan tatapan penuh arti.
*
terimakasih banyak membantu saya dalam tugas resensi :)
BalasHapusMakasih banyak.... Membantu tugas literasi saya...
BalasHapus